Kadis Kominfo Inhil Trio Beny Dinilai Gagal Bangun Keterbukaan Informasi Publik, Jutsru Bikin Pecah Belah Wartawan

Kadis Kominfo Inhil Trio Beny Dinilai Gagal Bangun Keterbukaan Informasi Publik, Jutsru Bikin Pecah Belah Wartawan

TEMBILAHAN: Sejumlah wartawan senior di Inhil menilai, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kadis Kominfo) Kabupaten Indragiri Hilir yang dipimpin Trio Beny gagal menjalankan perannya dalam membangun kemitraan pers yang sehat dan profesional. Alih-alih memperkuat sinergi antara Pemerintah Daerah dan insan Pers, kebijakan serta sikap yang ditunjukkannya sejak ia menjadi Kadis Kominfo justru malah memicu perpecahan dikalangan wartawan dan di tubuh organisasi wartawan di Inhil. 

Secara kasat mata dan secara formil, Kadiskominfo yang dipimpin Trio Beny memang terlehat baik, lembut dan akrab dengan beberapa wartawan. Termasuk dengan beberapa organisai wartawan yang dinilainya besar dan terkenal di Inhil. Akan tetapi, jika ditelusuri lebih jauh dan mendalam, perlakuan dan kebijakannya justru cendrung diskriminatif dan hanya memelihara beberapa oknum wartawan saja yang mau dekat dengan dirinya saja untuk mengamankan kepentingan dan selera dirinya. 

Jika ada wartawan yang tidak mau dekat dan merapat dengan dirinya, tidak mendukung kepentingan dan seleranya, maka akan dipinggirkan dan dijauhi bahkan tidak mendapat jatah kontrak kerjasama media dengan modus yang ia gunakan yakni media itu tidak terverifikasi dewan pers, pimrednya tidak utama, pembacanya sedikit, dan bermacam-macam aturan yang ia buat untuk mempersempit kesempatan media untuk bisa masuk kerjasama di instansinya. 

Sementara media yang dekat dengan dirinya, ia permudah dan ia pelihara. Bahkan diduga, orang-orang yang ada di Dinas Kominfo rata-rata memiliki media sendiri, termasuk sanak saudaranya yang mendapat kontrak dengan nilai fantastis dan berkelanjutan. Kemudian diduga ada juga dengan modus mencari dan berhubungan dengan media diluar sana yang lebih lengkap dan lebih terkenal untuk bisa diajaknya bekerjasama kontrak dengan perjanjian bagi-bagi hasil yang saling menguntungkan.

Sebaliknya media lokal yang kecil-kecil di Inhil milik wartawan lokal yang kondisinya prihatin ia biarkan dan tidak mendapat perhatian yang baik dengan alasan dikatakan tidak memenuhi syarat, karena memang sengaja diciptakan dan dibuat syarat yang berat-berat yang sulit terpenuhi media lokal. Kalaupun ada dikasih, paling hanya dengan kontrak nilai yang paling kecil yang tidak bisa menghidupi kebutuhan media tersebut. 

‘’Jadi, alih-alih menjadi penggerak keterbukaan informasi publik dan bersikap transparan,  eh, kenyataannya, faktanya, ada wartawan minta informasi yang patut diberikan sebagai informasi publik, dia tolak dan dia abaikan, bahkan dia patahkan dengan balik bertanya macam-macam ke wartawan itu. Orang minta informasi, dia malah balik bertanya tentang kebenaran orang itu sebagai wartawan sah atau tidak dulu, kebenaran medianya terverifikasi atau tidak, organisasinya jelas atau tidak, itu, apa hubungannya, cobak,’’ sebut Andang yang terkenal sebagai aktivis ini sejak lama. 

‘’Maka, meleset tidak ni orang menurut kalian. Harus jelas dulu apa guna minta informasi itu, harus jelas untuk apa, dan sebagainya, dan sebagainya. Banyak pula pertanyaan dia daripada wartawan yang mau minta informasi itu,’’ kata wartawan Senior di Inhil ini sambil tertawa kepada sejumlah wartawan saat bincang-bincang diskusi dan wawancara dengan dirinya baru-baru ini di Tembilahan. 

Andang yang saat ini menjadi Plt Ketua PWI Inhil kadang mengaku heran, cara apa yang dilakukannya dengan Komisi Informasi Provinsi Riau sehingga KI Provinsi Riau bisa memberikan penghargaan melalui dirinya untuk dikatakan terbaik dan terinformatif. Padahal informasi yang diminta kepada dirinya sebagai Kadis Kominfo seringkali diabaikan dan tidak diindahkan. 

‘’Banyak buktinya. Itu tidak terbantahkan lagi bahwa Kominfo dibawah kepemimpinannya itu justru sangat tertutup. Banyak rahasia permainan disana yang takut itu terbongkar. Saya saja pernah beberapa kali minta informasi resmi ke kantor Kominfo itu, tak pernah ada jawabannya. Kalau kita bersurat ke Dinas Kominfo itu, pasti tak pernah ada jawabannya. Dan itu saya alami,’’ kata Andang tegas. 

Sebagai seorang wartawan senior di Inhil, Andang merasa prihatin dengan Pemda Inhil yang memiliki pejabat seperti Trio Beny ini. Ia dikenal piawai membangun hubungan dengan atasannya sehingga boroknya tidak terlihat. Dan ia juga piawai membangun pertemanan dengan sejumlah wartawan sehingga bisa membius sejumlah wartawan tersebut dan mampu  mengumpan oknum wartawan untuk melindungi dirinya dan membela dirinya. 

‘’Kalau bertanya atau berdiskusi dan bersilat lidah kita dengan dia itu, tak kan menang kita di kantornya itu. Ada aja kalimat dan bahasa yang diputar-putarnya buat kita pusing tak ngerti. Kalah kita. Kalau tak percaya, tanyalah ke yang lain yang pernah bebantah dengan dia tu. Tapi tentu jangan tanya ke oknum wartawan yang kompak yang sering ngopi dan pergi sana sini dengan dia, pastilah dibelanya tu,’’ tambah Andang. 

Sementara itu Kadis Kominfops Inhil, Trio Beni saat dihubungi media melalui Whatsapp, tidak menjawab, meski pesan yang dikirim wartawan masuk. Sampai berita ini tayang, tidak ada komentar yang bersangkutan. (Tim)

Berita Lainnya

Index